Ada Dilemma dalam Cinta
Oleh: Isnan Hidayat, S.Psi.
(@isnanhi /FB hidayatisnan@yahoo.com)
Pembangunan generasi adalah
sebuah kisah yang perjuangannya terukir abadi dalam sejarah panjang peradaban.
Dan seiring dengan berjalannya waktu dilemma yang mengiringi kisah itu pun juga
ikut menjadi bagian tak terpisahkan dari khasanah & pelajaran yg penuh
hikmah. Bahwa mempelajari bagaimana proses terbentuknya generasi yang gemilang
takkan mampu secara sempurna kita lakukan jika kita tak memahami dilemma para
pewaris peradaban ketika mengambil keputusan bagi generasi yang penerusnya.
Bahwa formula jitu pembangunan generasi juga terletak pada kemampuan seorang
pemandu dalam mengendalikan cinta mereka, tidak terjebak pada cinta yang lemah
penuh haru biru belaka.
Dilemma pertama bisa jadi muncul
ketika melihat generasi penerus kehilangan visi. Apakah kita harus menuntun
mereka sepenuhnya? Tegakah kita melihat mereka terombang ambing dalam
ketidakpastian langkahnya?
Maka cinta kitalah yang akan
menuntun mereka, tanpa mengurangi sedikitpun kepercayaan kita padanya. Bahwa
untuk menghadapi dilemma ini kita patut memastikan agar langkah yang kita ambil
tidak semakin menjerumuskan mereka dalam ketidaktahuannya. Bahwa sekedar
memberitahu mereka harus berjalan kemana ada kalanya harus kita tempatkan
sebagai alternatif terakhir dari sekian banyak kemungkinan yang ada. Maka cinta
akan mengajari kita untuk mengajak mereka membuka lembaran pelajaran yang dulu
pernah kita berikan. Cinta akan menuntun mereka mengumpulkan serpihan bekal
yang bisa jadi tertinggal sepanjang perjalanan yang ditempuhnya. Kita patut
memfasilitasi mereka untuk menggambarkan visi suksesnya tanpa terjebak pada
bayang-bayang kita.
Dilemma kedua adalah saat
generasi kita minim strategi. Kehilangan jiwa seni saat mengelola segenap
potensi yang dimiliki da'wah ini. Apakah kita mesti mengajari satu demi satu
langkah-langkah yang harus ditempuh? Ataukah kita biarkan generasi penerus kita
terus menahan keluh dalam kisah trial and error yang tak pernah putus?
Maka cinta kitalah yang akan
membimbing mereka mencapai formula jitu guna membimbing generasinya. Terkadang
cinta mesti merelakan anak-anak ideologi kita berdarah-darah dalam mencapainya.
Tidak tega mungkin kadang mewakili cinta, namun cinta sejati takkan biarkan
ketidaktegaan menghalangi proses pendewasaan mereka. Bahwa pengalaman dakwah
hanya dapat dilakukan dengan pengamalan nilai nilai teoritis yang selama ini
diajarkan, tidak dengan keluhan kekhawatiran akan apa yang akan terjadi di masa
depan atau wajah yang tertunduk mengingat masa lalu yang tampak suram.
Ya, bahwa dilemma membimbing
generasi kadang membuat kita terjerumus ke dua hal: ketidakpercayaan pada para
pewaris yang berujung pada mandegnya suksesi, atau tuntunan otoriter yang
berujung pada lahirnya generasi manja yang selalu alpa dalam inisiasi.
Kewajaran diri menerima kenyataan bahwa zaman sudah berubah tidak lantas
membuat kita menjadi pembuat benteng bagi mereka sehingga daya kreativitasnya
lemah dan minim pengalaman. Tidak juga membuat kita bebas nilai dalam pewarisan
karena merasa bahwa ini sudah bukan zaman kita. Ingat, ini adalah zaman kita
juga, sehebat atau sebaik apapun karir da'wah kita sebelumnya. Hanya peran saja
yang harusnya disesuaikan, tentu telah diawali denga proses pewarisan. Karena
promosi marhalah da'wah tidak berarti meninggalkan, tetapi melanjutkan.
Ya, selalu ada dilemma dalam
cinta. Antara menuntun mereka sepanjang waktu, atau membiarkan mereka dalam
kebingungan yang tak tentu. Namun tentu bukan keduanya yang akan kita pilih.
Karena da'wah ini mengajarkan pada kita adanya ketegasan disamping sifat asih.
Karena da'wah ini juga mengajarkan kemandirian di samping rasa kasih sayang.
Tidak ada yang perlu dirisaukan ketika melihat generasi pewaris menghadapi
masalah pelik, selama kita senantiasa hadir dalam hari-hari mereka. Membimbing
tanpa paksaan, memberi saran tanpa sifat arogan, mewariskan pemgalaman dengan
senantiasa menyadarkan: bahwa pengalaman da'wah hanya bisa didapat dari
pengamalan teori da'wah dalam setiap sendi kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ayo berdiskusi