Anak-anak Ideologi
Oleh: Isnan Hidayat @isnanhi /
FB: hidayatisnan@yahoo.com
Usia kami tidak terlampau jauh,
belum pantas jika disebut berbeda generasi. 2-3 tahun adalah masa yang
terlampau singkat untuk mengklaim jarak kematangan diri dan gap ideologi. Namun
saya kadang memposisikan diri bagi mereka layaknya seorang ayah, sekedar untuk
tersenyum kala mendengar mereka berkeluh kesah. Tentang pahitnya kehidupan,
yang bagi mereka tampak begitu jauh dari visi-visi utopis yang selama ini saya
tawarkan. Atau sekedar menasehati mereka kala mereka benar-benar hampa, seolah
tidak ada lagi alternatif solusi bagi rintangan yang mendera. Atau setidaknya
meluangkan waktu membaca tulisan-tulisan nakal mereka di media, dan sebersit hati
berdoa agar Allah senantiasa membersamai mereka, memberi sinar harapan,
menguatkan pundak, dan melindungi dari segala godaan di perjalanan panjang yang
mereka tempuh.
Ya mereka adalah anak-anak
ideologi, bagiku pribadi, yang bahkan tidak memiliki hubungan darah namun
senantiasa dekat di hati.
Curahan hati mereka adalah sebuah
kenyataan, mengingatkan saya pada masa-masa pencarian yang penuh dengan ide namun
minim apresiasi dan tanggapan. Keluhan mereka adalah energi bagi kebijaksanaan,
yang memaksa kita belajar menenangkan diri meski begitu banyak jeritan
ketidakadilan yang menyeruak dari palung paling dalam nurani. Ide-ide nakal
mereka adalah sebuah inspirasi bagi kejumudan yang selama ini tercipta, yang
seolah menyandera langkah-langkah kebaikan dalam bingkai prasangka, hegemoni, dan
aktivitas yang itu-itu saja.
Ya, mereka adalah anak-anak ideologi,
yang senantiasa membuat saya berkaca diri. Sudahkah kita pantas menjadi
teladan, menjadi rujukan, menjadi tempat kembali bagi para aktivis yang lelah
untuk sejenak rehat, mengistirahatkan diri.
Ya, mereka adalah anak-anak
ideologi. Yang selalu menjadi autokritik bagi kita, para pemuda yang senantiasa
merasa renta untuk urusan ide dan inovasi. Atau tamparan keras bagi para
senior, yang terlihat lebih tua namun masih sangat belia dalam hal visi bagi
aktivitasnya.
Saya percaya, cepat atau lambat,
jauh atau dekat, estafet perjuangan ini akan beralih pada tangan-tangan mereka.
Para anak-anak ideologi, yang tak pernah berhenti belajar mencari tahu apa yang
Allah maksudkan dalam kitabNya, bekerja keras untuk mengoptimalkan potensi yang
Allah karuniakan pada ummat ini, sekaligus bekerja sama dalam sebuah jama'ah
yang kelak menjadi biji bagi tumbuhnya kesatuan ummat dalam kokoh fondasi iman
namun tetap peka dengan perubahan zaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ayo berdiskusi