Oleh: Isnan Hidayat, S.Psi
@isnanhi
Mencintai dengan Pupuk & Gunting
Tanaman
Membangun generasi ibaratkan
menumbuhkan sebuah biji. Agar kelak menjadi tanaman yang rimbun, kokoh, tanpa
hama, dan berikan bunga dan buah bagi makhluk lainnya, juga untuk kesinambungan
pewarisan keturunannya. Sebagai seorang petani, cinta adalah modal pertama
kali. Yang akan memastikan kita akan menerima seutuhnya bagaiamana
karakteristik biji dan kebutuhan-kebutuhan yang mengikutinya. Bahwa Acceptance merupakan
syarat pertama membangun peradaban, bahwa tak ada anugerah dariNya yang patut
disiakan.
Namun bukanlah cinta jika tak
memiliki dilemma. Ada kalanya pilihan pahit mesti diambil dalam perjalanan
panjang menumbuhkan generasi impian. Bahwa untuk mengimbangi pupuk yang
menyuburkan agar, batang, dan daunnya, kadang kita memerlukan gunting sebagai pemangkas
bagian yang akan mengganggu pertumbuhannya. Entah karena ada bagian tubuhnya
yang terkena hama, atau memang memotong ujung daun sebagai prasyarat munculnya
bunga, atau bahkan memang daun itu harus segera dimanfaatkan untuk keperluan
yang lebih mendesak.
Namun ia tetaplah cinta, meski
p
ahit terasa. Jika diijinkan tentu saja kita akan biarkan biji yang dahulu kita semai tumbuh menggelora, seolah menunjukkan bahwa sang petani begitu perhatian memfasilitasi.
ahit terasa. Jika diijinkan tentu saja kita akan biarkan biji yang dahulu kita semai tumbuh menggelora, seolah menunjukkan bahwa sang petani begitu perhatian memfasilitasi.
Tapi bukankah dalam cinta selalu
mengajarkan pengorbanan. Bahwa ada kalanya tidak setiap keinginan mesti
dituruti, itulah yang membedakan nafsu duniawi dengan cinta sejati. Bahwa ada
kebutuhan yang mesti diprioritaskan, meski itu tampak menyakiti. Tapi luka
dalam cinta takkan berlangsung lama, asal ia segera diikat dengan makna. Tidak
kita biarkan begitu saja, hingga ia lebih dulu terserang bibit prasangka.
Bukankah cinta yang mengajarkan
kita untuk belajar menunda? Bahwa di balik setiap keikhlasan memberi dan
berkontribusi akan selalu berbuah kenikmatan di ujung jalan nantinya. Bahwa
dengan luka yg tercipta, namun kita tetap setia, maka cinta justru akan
berlipat ganda. Bahwa rindu justru tercipta ketika ada jarak, ada jeda.
Mari, membangun generasi. Dengan
penuh kesyukuran kita optimalkan setiap potensi. Dengan penuh kesabaran kita
pangkas setiap bibit kesalahan. Dengan pupuk kita tumbuhkan rasa cinta, beserta
guntingnya kita ajarkan pada mereka makna berkorban dan menunda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ayo berdiskusi