Ada Cinta yang Menjebak
Oleh: Isnan Hidayat, S.Psi.
(@isnanhi /FB hidayatisnan@yahoo.com)
Segala puji hanya Allah semata,
yang Mahasempurna dalam menyandingkan segala hal dalam keseimbangan. Oleh
karenanya selalu ada kata cinta yang seiring dengan kata pengorbanan. Shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada insan mulia Nabi Muhammad SAW al
Musthofa, yang memberikan teladan bahwa setiap klaim kata cinta harus
terkonversi menjadi amal nyata.
Pembahasan tentang cinta dalam
pembentukan generasi ini takkan habis, layaknya mata air yang akan terus
mengalir membasahi bumi, layaknya pula air mata yang kadang membasahi pipi.
Bukan soal sedikit atau banyaknya, tapi kita takkan pernah mampu memisahkan
cinta dari usaha pembentukan sebuah generasi yang mulia. Namun lebih dari semua
itu, ada satu hal yang patut kita tahu. Kadang ada cinta yang menjebak. Yang
justru membuat generasi menjadi lemah dan enggan bergerak.
Cinta ada kalanya dipahami secara
sepihak, menjadi bentuk pembenaran bagi kebanggaan yang meledak-ledak. Akhirnya
para pemandu, generasi yang lebih tua, memandang cinta terlalu berlebihan dalam
hegemoninya.
Seolah cinta diibaratkan seperti
membangun sebuah rumah yang sangat aman bagi sang anak, memastikan generasi
penerusnya senantiasa nyaman dalam pengawasannya.
Seolah cinta diibaratkan sebagai
membangun sebuah benteng yang sangat kokoh, sehingga tak seorangpun musuh dapat
mengganggu proses pewarisan dan pendidikan bagi para penerusnya.
Seolah cinta layaknya memberi
perisai, yang memastikan para pewarisnya takkan terluka. Kalaupun ketiganya
adalah kebaikan, ada satu pertanyaan yang tersisa. Kapan para anak-anak
ideologi kita akan berinteraksi dengan kehidupan yang sesungguhnya?
Cinta seharusnya tidak membatasi
para generasi baru hanya terduduk lesu dalam penjagaan yang penuh haru biru.
Cinta harusnya mencipta kerja. Cinta seharusnya tidak menciptakan penjara
realita dari keadaan yang sesungguhnya. Cinta lahir dari kedewasaan dalam
memandang kenyataan. Cinta seharusnya tidak membuat seseorang takut untuk
terluka. Cinta adalah obat lelah bagi mereka yang seharian bekerja.
Kalaulah kita anggap cinta
sebagai sebuah rumah yang begitu nyaman, maka ia adalah tempat kembali bagi
anak-anak ideologi yang begitu keras berjuang. Bahwa cinta tak semata soal
membangun suasana kondusif untuk belajar, tapi juga soal menanamkan keberanian
untuk mencoba dan mempraktekkan setiap pelajaran.
Kalaulah kita ibaratkan cinta
sebagai sebuah benteng yang aman, maka ia adalah tempat untuk mengatur
strategi, lalu kemudian maju berperang. Bahwa cinta tak semata soal mencari
perlindungan, tapi juga soal manajemen diri untuk senantiasa produktif beramal.
Kalaulah kita maksudkan cinta
sebagai perisai, maka ia adalah sebuah bentuk penjagaan bagi mereka untuk
sebuah pertempuran yang tak jua usai. Bahwa cinta bukan semata soal membuat
garis pertahanan, tapi juga soal memberi pemahaman untuk mengambil peran.
Dalam membangun sebuah generasi,
kita mesti memahami cinta secara berimbang. Bahwa luka yang tercipta saat
berjuang bukanlah kehinaan, justru cinta lah yang akan mengikat setiap
pemahaman dengan kebijaksanaan yang lahir dari kenyataan. Bahwa lelahnya hati
dan tubuh ini kala berkontribusi tidaklah melemahkan, karena cinta lah yang
akan menjadi penawar bagi setiap diri dengan berinteraksinya energi ideologi
dengan energi rangkuman potensi yang dimiliki ummat ini. Bahwa satu-satunya
penyebab dari kedewasaan sebuah generasi adalah dengan mengajarkannya komitmen
kebaikan seiring dengan kerasnya usaha untuk mengambil makna dari setiap
peristiwa dalam kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ayo berdiskusi