Komunitas muncul
dari berkumpulnya orang-orang yang sering ngobrol.
Lalu sebuah organisasi lahir darinya. Dengan perpaduan ‘ke-spontan-an’ dan sistem,
organisasi akan selalu tumbuh. Organisasi menua ketika ‘ke-spontan-an’ hilang
dan sistem yang ada hanya menjadi formalitas. Organisasi mati saat orang-orang
menjalankan hal-hal yang formalitas saja sudah tidak professional lagi. Saat itulah
terjadi persimpangan, akan bangkit (terlahir) kembali atau jasad organisasi
dikuburkan dalam liang lahat, dengan kata lain dibubarkan.
Jika demikian,
lalu apa yang menjadi pondasi sebuah organisasi? Maka sudah dapat diduga, ialah
(1) ke-spontan-an, dan (2) Sistem (formal), dimana kedua hal tadi harus dijaga
melalui (3) pewarisan yang jelas.
Ke-spontan-an
(kami lebih suka menyebutnya dengan acong). Apa itu acong?
***
Suatu
ketika ada dua orang pelajar kelas 3 yang selalu berdialog secara intelektual
di meja paling belakang. Mereka adalah korban kekejaman zaman. Zaman itu memaksanya
untuk harus memberontak atas kemapananan yang mulai mengerikan. Merencanakan sebuah
gerakan yang merupakan anti-tesa dari generasi sebelumnya. Bayangkan saja,
ketika itu (hampir) sama sekali tak ada pewarisan pengalaman, mereka berdua
(hampir) tak merasakan hangatnya pelukan dari kakak-kakaknya yang seharusnya
memanggil mereka untuk mengajak sekedar meminum teh anget bersama lalu
berdialog.
“Kita bukan
yang memulainya, kenapa kita yang harus bertanggungjawab?”, umpatnya dibalik
wajah-wajah pucat mereka.
Singkat
cerita, mereka berdua memutuskan untuk membuat mabit. Judulnya Mabit Penjahat. Tanpa banyak syuro’
mereka bisa membuat mabit hanya berpanitia dua orang. Ini adalah sebuah
otokritik (autocritic) di zaman itu. Sederhana
saja, mereka hanya ingin membangkitkan kembali pemikiran untuk selalu melakukan
yang menjadi hal yang substansial dan sesuai dengan kondisi zamannya
(acongisme), tanpa terjebak dengan sistem yang mapan yang tak memberi kemanfaatan
lebih. Bahasa inteleknya, mereka menyerukan gerakan dekonstruksi.
Malam itu,
mereka mempertemukan tiga angkatan sekaligus untuk membicarakan masa depan
sekolahnya agar menjadi lebih baik. Mengajak adik-adiknya untuk makan dan minum
bersama lalu berdialog secara intelektual (halah). Juga membuat gerakan
penjahat sebagai bentuk untuk keluar dari sistem. Di mulai sholat ashar di
masjid, lalu mereka ditinggal oleh kedua orang tadi disebabkan mereka harus
mencari makan malam untuk peserta. Para peserta lalu di ultimatum, “kalau
setelah kami kembali kalian belum saling kenal, maka...”. Lalu malam itu diisi
dengan sebuah materi yang tertuang dari kegelisahan dalam hati.
Usai materi
adalah tidur, karena pagi-pagi sekali akan diadakan games ‘maut’, akan tetapi
para pserta malah ngobrol (dialog intelektual), akhirnya game ‘maut’ tidak
diadakan. Setelah subuh penutupan, dan pergi bersama untuk sarapan sambil
mengobrol lagi.
Lalu apa dan kenapa namanya penjahat? “kita
tidak akan menjadi penjahat seperti mereka, hanya saja kita akan menjadi
penjahatnya penjahat. Karena penjahatnya penjahat adalah kawan dari pembela
kebenaran. Kita sebenarnya juga pembela kebenaran hanya saja seorang penjahat
dari para penjahat asli. Para pembela kebenaran memiliki musuh penjahat asli.
Penjahat asli memiliki musuh penjahat ‘yaitu kita’, dan kita berkawan dengan
pembela kebenaran. Kita juga pembela kebenaran yang bertitel penjahat.”. Ya,
begitulah ceritanya kumpulan anak-anak jenaka yang dirudung rasa gelisah yang
mendalam.
Mabit
penjahat yang lainnya dilakukan sesaat sebelum bulan Ramadhan tiba. Mabit itu
memiliki tujuan (1) mengeluarkan semua mushaf Al-Qur’an di lemari-lemari kelas
dan menaruhnya di atas meja, dan (2) menulisi papan tulis dengan kalimat
basmalah. (sebaiknya mabit kedua ini jangan langsung dicontoh, berkoordinasilah
dengan guru-guru!!!!). Kegiatan di atas sebenarnya hanyalah alasan, tujuan
utamanya adalah dialog intelektual dalam waktu malam yang syahdu!
Akhirnya,
penjahat mulai redup, ketika berganti nama yang kurang berfilosofis dan tidak
membakar semangat. Namanya menjadi semacam, barisan dakwah, agen-agen dakwah. Alasannya
karena dakwah tidak dibedakan menjadi dakwah ikhwan dan dakwah akhwat, dan karena nama penjahat terlalu seram maka harus diganti. Karena
namanya terlalu berat, konsepnya menjadi kabur. Padahal nama penjahat pada hakikatnya adalah "ayo bergerak, tanpa banyak syuro’ yang
memubadzirkan waktu, tenaga, dan pikiran !"(saya sama sekali tidak merendahkan
syuro’, hanya para pelakunya).
Maka,
sekarang namanya menjadi acong (semoga tidak ditolak lagi, hehe). (haha) Lalu
bagaimana folosofi acong? Ah lain kali saja dibahasnya.
***
Maka,
seiring berjalannya waktu, kami tersadar. Bahwa tidak selamanya harus melakukan
anti-tesis untuk mengobati zaman. Ada alternatif cara, yaitu sintesis. Sintesis
maksudnya adalah menggabungkan semuanya yang baik.
Sebuah organisasi
tanpa sistem maka lebih pantas dengan komunitas. Dan organisasi tanpa acong lebih
pantas disebut dengan organisasi yang hampir mati, yang lupa akan tujuan awal. Maka,
sebuah organisasi yang dinamis dan selalu muda membutuhkan kedua hal tadi untuk
terus ada.
Kedua hal
tadi bukanlah dualisme maupun dualistik, akan tetapi dualitas. Dualisme artinya
sebuah paham dimana kedua hal tadi haruslah dipertentangkan. Acong hanya untuk
ketika menjadi komunitas dan ketika menjadi organisasi acong harus dibuang
karena bertentangan dengan sistem. Sistem saja atau acong saja. Dualistik
maksudnya bahwa kedua hal tadi sejak awal adalah sesuatu bertentangan dan ada
sekat ditengahnya. Sedangkan dualitas artinya keduanya adalah berpasangan dan
saling melengkapi, seperti siang dan malam, juga laki-laki dan perempuan. Dualitas
bukan berarti harus seimbang, akan tetapi haruslah sesuai dengan kondisi
realitas. Terkadang lebih dibutuhkan acong, dan terkadang pula harus
menjalankan sistem (formalitas) yang diutamakan.
slide terakhir |
***
Semoga bisa
disambung kembali, in syaa Alloh
Godean, 13
Juli 2014
Adnan Rifai
Terimakasih, tulisan ini membantu sy lebihmemahami jalan pikir para ikhwan :D
BalasHapusGo acongers!
ini bukan jalan pikiran para ikhwan tetapi ikhwan dari ikhwan...
BalasHapushhmmm.....jd pengen tahu jalan pikiran yang akhwat juga.... ya ditunggu tulisannya di blog ini, btw keren2 tulisannya...
BalasHapusbahasanya sangaaaar... lumayan lah otaknya rada keperes :)
BalasHapus