[Prolog-Kurindu Senyum Itu]
Sore
itu,
Bedah SKL untuk persiapan ujian sudah mulai membosankan dan akhirnya teristirahatkan dengan adzan Ashar. Kuputuskan untuk nylonong keluar kelas untuk sholat ashar berjama'ah di Masjid sekolah tercinta.Seusai sholat, biasa, kusapa adik-adikku tercinta yang kulihat biasa berkumpul di masjid dari pulsekteng
"Alhamdulillah mas, apik-apik
wae" (dijawab dengan senyum manis menurut rupa)
Aaah,
senyumnyaa.. Manis kata orang, tapi ini bukan senyum yang kunanti. Entah
mengapa aku tidak melihat kehangatan dalam senyumnya walaupun sudah bisa
dikatakan manis. Seakan-akan senyumnya berkata.
"Alhamdulillah mas, apik-apik
wae"
Bukan
berkata
"Alhamdulillah mas, apik insyaAllah.
Iki aku lagi berjuang, dongakke yo mas!"
Dari
tatapan matanya, bibirnya, dan ekspresinya tak kulihat senyum hangat itu. Sore itu, kusadari senyum hangat itu
tidak bisa dibuat dalam sekejap. Senyum hangat hanya bisa muncul ketika
seseorang sedang memikul beban. Dan ternyata sulit untuk dijelaskan -___-
Arrgghh!
Mudahnya, bandingkan saja senyumnya Pak Karno atau Pak Harto atau mungkin Pak Prabowo dengan artis-artis yang ada di layar kaca. Pokoknya beda! (sedikit maksa)
Mudahnya, bandingkan saja senyumnya Pak Karno atau Pak Harto atau mungkin Pak Prabowo dengan artis-artis yang ada di layar kaca. Pokoknya beda! (sedikit maksa)
Dan
senyumannya ketika itu bukan senyum yang kurindu sedangkan beban-beban itu
sudah cukup menjadi alasan dalam kehangatan senyum
Malam
itu,
"Dialog
intelektual" (ngobrol kalo bahasa gampangynya) kami menceritakan aktifitas
dan perjuangan kami di masa putih-abu-abu. Kakak kami bercerita:
"Mbiyen ki pas jamanku nek mikir
PTB ki yo ngasi do nangis-nangis"
Akupun
tak mau kalah:
"Aku mbiyen mikir GVT yo tekan
stres mas, nganti aku ngompol terus ning omah. Takono ibuku"
Dan
kemudian banyak cerita darah dan tetes air mata kami. Hingga sampai pada sebuah
celetukan
"Sik-sik, kok keto'e ki sing do
nggetih ki kok dudu programe POH yo? Kowe ning POH tau ngrasakke ngene
ra?"
Serempak
menjawab:
"ORA"
"Kalaupun
ada beban, bukan ummat yang dipikirnya. Namun kok begini ya kondisi
organisasiku" Itu gumamku.
Aneh,
Bersambung...
14 Juli 2014
Ja’far Ayyasy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ayo berdiskusi