Senin, 10 November 2014

KAU, AKU, DAN ISLAM KITA

Book Resume (Part I) : KOMITMEN MUSLIM SEJATI, FATHI YAKAN, Era Intermedia 2013 (11th)

oleh: Zahrin Afina NF

Kau dan aku, kawan, kita adalah produk yang telah tercelup oleh zaman.
Alhamdulillah, bahwa suatu hari ada sorotan cahaya terang yang menunjukkan dan memperjelas bahwa jalan kita keliru dan kita harus mengambil jalan lain, sekalipun untuk itu harus memutar.Cahaya itu adalah dakwah Islam, sampainya pengetahuan tentang Islam pada kita. Jalan yang harus kita ambil kemudian adalah satu-satunya jalan lurus menuju tempat asal kita, jannah-Nya insyaAllah, yakni menjadi seorang muslim kaffah (secara menyeluruh). Dan harus memutar itu, yang rasa-rasanya akan merugikan, adalah meninggalkan kecintaan pada nikmat duniawi.
                
Tapi nyatanya tidak,
Karena cahaya itu adalah cahaya yang sudah lama kita rindukan, setelah lama berjalan dalam gelap. Karena cahaya itu seperti mentari, yang bukan hanya karena kita bisa melihatnya, tapi karena dengannya kita dapat melihat seluruh dunia. Barulah semua menjadi jelas, semua menjadi indah pada tempatnya, dan semua menjadi bermakna.
               
Maka bukankah seseorang yang mengaku Muslim tapi tetap belum bisa melihat dengan cemerlang dan tetap terpuruk berarti belum memutar dan menempuh jalan menjadi seorang Muslim kaffah? Sudahkah kita?

***

Segala puji Allah Ta'ala atas segala karunia dan hidayah-Nya. Aku bersaksi tidak ada tuhan yang layak disembah kecuali Allah 'Azza wa Jalla dan bahwa Muhammad SAW adalah utusan-Nya. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kalamullah, yakni Al-Qur'anul Karim. Dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah Muhammad  Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Semoga kita selalu ingat untuk mengucapkan shalawat atas beliau. Amma ba'du.

Ketika seseorang mengaku sebagai seorang Muslim, apakah artinya?

Sebuah buku berjudul "Komitmen Muslim Sejati" karya ust. Fathi Yakan layak menjadi salah satu referensi penguat iman dan orientasi kita sebagai Muslim, kawan. Disana diterangkan, pengakuan sebagai Muslim seharusnya bukanlah klaim terhadap seuatu identitas atau pewarisan, juga bukan klaim terhadap suatu penampilan lahiriyah seperti yang ada di banyak masyarakat Indonesia sekarang, melainkan pengakuan untuk menjadi penganut Islam, berkomitmen kepada Islam, dan tentu beradaptasi dengan Islam dalam setiap aspek kehidupan.

Ketika seseorang mengaku Muslim dengan syahadatnya, sepatutnya ia memahami bahwa ia harus mengislamkan akidah (keyakinan sampai pola pikir), ibadah, dan akhlaknya. Ia juga harus mengislamkan keluarga dan rumah tangga yang menjadi tanggung jawabnya, serta menjadi yakin sepenuhnya bahwa masa depan ada dalam genggaman Islam.Sudahkah kita?

Alhamdulillah, jika sebagian dari kita sudah mengerti bagaimana menjadi pribadi sesuai tuntunanIslam itu. Meskipun sekarang agama ini sering coba dijatuhkan oleh fitnah musuh Islam maupun justifikasi sebagian pengikutnya atas sebagian yang lain, sama sekali kita tetap mencintai dan menerapkan Islam sebagaimana pesan aslinya yang ada di dalam Al-Qur'an dan Sunah Rasulullah SAW, mengimani apa yang diimani umat Muslim yang pertama, para salafus shalih, juga para imam yang telah diakui kebaikan, kesalihan, ketakwaan, dan pemahaman mereka yang lurus tentang Islam.

Alhamdulillah, jika sebagian dari kita sudah dalam usaha mengajak atau membentuk keluarga sebagai orang-orang terdekat untuk menjadikan Islam sebagai 'rumah' kita. Sudah mencoba mengajak masyarakat sekitar untuk bersama-sama memutar mengambil jalan yang terang itu.

Juga jika sebagian dari kita sudah pernah mendengar dan percaya akan janji-janji Allah lewat Al-Qur'an atau hadits Rasulullah bahwa kelak Islam akan jaya lagi di pentas dunia, menjadi pemandu peradaban karena benar hanya dengan Islam-lah peradaban kita ini akan sembuh dan bangkit. Ketika kini kita sama-sama merasakan kerusakan di berbagai aspek kehidupan, di negara kita saja, akibat sistem buatan manusia yang tentu tak sempurna, bahkan tak tahu apa-apa bila dibandingkan dengan ilmu-Nya. Maka celupan Islam yang datangnya dari Allah (bercorak Rabaniyah) memiliki berbagai detail unik untuk tetap bertahan dan memberi manfaat di tiap zaman atau tempat. Ia juga universal karena diciptakan untuk tiap manusia; ia terbuka, luas, berperi-kemanusiaan namun tetap mampu bertanggung jawab pada keterbukaannya itu (karena jelas batas-batasnya). Syari'at Islam yang elastis punya warna yang membuatnya mampu menampung segala masalah kehidupan yang berubah-ubah, warna yang melapangkan tempat untuk ber-ijtihad pada masalah yang tidak ada nash-nya, dengan berdasar qiyas (logika), pertimbangan mashalahat, dll yang diakui olehnya. Jika sistem-sistem buatan manusia (kapitalisme, liberalisme, sosialisme, demokratisme, maupun komunisme) tujuannya terbatas dan lemah, Islam bertujuan memberi manfaat yang menyeluruh bagi manusia; baik individu maupun kolektif, aturan maupun nasihat, untuk internal maupun eksternal. Allahuakbar.
       
“Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah.” QS Al-Baqarah : 138

Dan karena semua itu kita tahu bahwa sesuatu yang begitu agung ini perlu diperjuangkan, ditegakkan, dibela, dan dijaga meski dengan pengorbanan yang tidak sedikit.

Jika (sebagaimana kita yakin 100%) Islam adalah satu-satunya kebenaran, bukankah dunia harus tahu? Jika ini tentang umat manusia, apa harganya sebuah nyawa (bagi bukan pemilik aslinya)? Jika ini tentang harga surga, apa artinya nikmat dunia? Jika benar ia adalah yang terindah dalam hidupmu, tidakkah pasti kau kan hidup untuknya?
             
 “Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” QS Al-An'am : 32

Yang hidup itu, pasti akan menjadi hidup yang berbeda dengan manusia lainnya. Seorang Muslim sejati akan menjadi yang paling teguh dalam mencari ilmu dan melaksanakan ajaran Islam, memiliki kepedulian terhadap kemashlahatan umat Islam, selalu bangga pada kebenaran dan yakin pada Allah, senantiasa memperjuangkan Islam dan saling tolong-menolong karena kita pun tak sangsi, bahwa perjuangan itu tak mungkin dilakukan seorang diri.
               
  “...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” QS Al-Ma'idah : 2
               
Bahwa kita bukanlah barisan malaikat-Nya, kita hanya anak Adam yang selalu berbuat kesalahan, yang jadi target operasi utama (bahkan satu-satunya) syaithan, dan butuh selalu diingatkan.Dan, hei, kita pun tahu bagaimana sulitnya melepas karat-karat jahiliyah dalam diri, hasil tercelup zaman ini. Makanya tak jarang ada yang paham tapi masih hidup untuk dunia atau mengambang antara dunia dan akhirat.
                
Karena itu, kita mutlak butuh hidup berjama'ah. Berjuang bersama-sama muslim (aktivis) lainnya dalam sebuah gerakan Islam yang berpemahaman, berkeyakinan, bertujuan sama dengan kita.
Dengan segala prinsipnya; dengan karakteristik, spesifikasi, perlengkapan yang jelas. Dalam bingkai ukhuwah, beramal jama'i, memenuhi hak qiyadhah, dan menjadi jundi yang baik; yang dibahas lebih lanjut dan dalam di bagian akhir buku ini. (Resume Part II inysaAllah)
                
"Tangan Allah bersama tangan jama'ah, sesungguhnya serigala itu tidak memakan selain domba yang menyendiri." (HR. Bukhari)

***

Memperjuangkan Islam bukanlah pilihan, bukan hanya dengan sukarela, apalagi hanya dengan waktu sisa kita.

Adalah perintah Allah untuk beramar ma'ruf nahi mungkar, yang menjadikannya sebagai kewajiban dan prinsip kita.

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”  QS Al-Ashr : 1-3

“Barangsiapa diantara kamu melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubah dengan tangannya, jika tidak mampu, maka dengan lidahnya. Tetapi jika tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman. Dan di belakang itu tidak ada sebiji sawi pun keimanan.” (HR Tirmidzi)

Adalah perintah Allah untuk hanya menegakkan hukum-Nya di bumi, yang menjadikkan menegakkan masyarakat Islami, merintis kehidupan Islami, menundukkan manusia kepada Allah dalam akidah, ibadah, akhlak, maupun tata kehidupannya sebagai hukum perjuangan itu sendiri. Sebab kaidah syar'iyah mengatakan, "apa yang tanpanya suatu kewajiban tak bisa terlaksana, maka ia merupakan kewajiban."

Adalah perintah Allah untuk bersiap menghadapi tantangan zaman dan konspirasi musuh-musuh Islam dengan materialisme dan atheisme-nya yang mengancam eksistensi Islam. Selain itu, betapa banyak saudara-saudara kita di tanah air Islam lain yang sedang terjajah dan terzhalimi, sehingga secara kesuluruhan dunia Islam kini dalam keadaan terpuruk dan membuat perjuangan ini sebuah kedaruratan yang nyata.

“Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.” QS Al-Baqarah : 193

Adalah perintah Allah, sekali lagi, bahwa dakwah ini adalah kewajiban individu sekaligus kolektif. Agar semua Muslim berpartisipasi dalam perjuangan dan melaksanakannya secara berjama'ah.

“Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” QS Al-Ankabut : 6

Memang selalu ada banyak godaan. Selalu banyak ujian; baik berupa fitnah eksternal, atau gesekan-gesekan internal yang dapat menimbulkan luka berbahaya jika tak cepat-cepat disembuhkan, sampai ketidak-percayaan diri atau kelemahan diri yang lain.

Tapi mengapa tak terus beramal saja? Bukankah kita yang membutuhkan dakwah ini karena apa harga diri kita jika tanpanya? Bukankah ketika kita berjuang dan berjihad, sejatinya kita sedang terus membersihkan diri, menyucikan jiwa, melaksanakan sebagian hak Allah yang wajib ditunaikan, dan agar kita bisa mengharapkan pahala Allah pada hari ketika penglihatan tak bisa tetap dan hati sampai menyesak ke tenggorokan? Kita sendirilah yang akan beruntung jika maju ke medan perjuangan dan sebaliknya kita sendirilah yang akan rugi jika mundur. Barangsiapa yang terlibat dalam perjuangan berarti telah memiliki nasab yang paling mulia dan memiliki jaringan dengan kafilah para pemberi petunjuk; termasuk golongan orang yang dikaruniai nikmat oleh Allah yaitu para nabi, shidiqin, syuhada, dan orang-orang saleh yang mereka itu adalah sebaik-baik teman.

Bertahanlah, sebab dengan bertahan itulah engkau akan mendapat keteguhan.

Karena dalam arus dunia yang seperti ini, tak mungkin seseorang yang jauh dari mengingat Allah dan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran bisa hidup tanpa ternodai oleh kotoran-kotoran dunia itu.

“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” QS Adz-Dzariyat : 55
           
Tidak ada pilihan lain untuk hidup selain dalam naungan keluarga beriman, tidak ada pilihan untuk tidak bergabung dengan 'masirah Ar-rahman' (rombongan Allah Yang Maha Pengasih) selama-lamanya.

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” QS Al-Kahfi : 28

“Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini.” QS Muhammad : 38

Karenanya, kita harus selalu meluruskan niat; tiap hari, di awal, tengah, sampai akhir melakukan suatu aktivitas.Sebab, tulis ust. Fathi Yakan,

"Jalan ini tidak mungkin ditempuh oleh manusia yang cengeng yang hanya dengan hembusan angin sepoi pipinya terluka dan hanya karena sentuhan sutera jemarinya berdarah.

Jalan ini tidak mungkin mampu ditempuh oleh orang yang cemas akan masa depan rezeki dan kehidupannya.

Jalan ini tidak mungkin mampu ditempuh oleh orang yang hobinya main-main dan bersenang-senang, hatinya sempit, dan kekuatannya keropos. Juga siapa saja yang tidak mampu bersabar terhadap suatu perkataan, apalagi terhadap celaan. Juga orang yang bangga dengan pendapatnya sendiri, yaitu orang bodoh, namun ia tidak tahu bahwa dirinya bodoh. Juga orang yang tidak mau menerima keputusan bersama dan memegang pendapat jamaah.

Ia merupakan jalan untuk membersihkan dan menyucikan diri, jalan kasih sayang dan kemuliaan, jalan kesabaran yang panjang, jalan ketulusan dan kemuliaan, serta jalan kejujuran dan keikhlasan.

Jalan dengan karakteristik semcam ini tidak mungkin ada yang bisa bertahan di dalamnya selain orang-orang beriman yang hati mereka terikat dengan Allah; orang-orang yang jiwa mereka memandang kepada Allah Yang Esa, Tempat memohon."

“Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” QS Ath-Thalaq : 3

“Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.“ QS Al-Fath : 10


Engkau dan diriku, semoga kita senantiasa diberi hidayah dan pertolongan Allah, senantiasa dikuatkanNya, dikaruniai kehidupan yang mulia hingga maut menjemput kita dalam syahid ya. Allahumma aamiin. Mohon maaf jika banyak kekurangan (yang datangnya dariku), semoga bisa diambil manfaatnya (yang semata dari Allah). Wallahu a’lam.

Yogyakarta, 25 Dzulhijjah 1435 H
Ai Zahrin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo berdiskusi