oleh: Asni Ramdani,S. Si.
Dakwah Sekolah atau yang biasa dikenal dengan sebutan Tunas Bangsa merupakan aset berharga bagi kebangkitan Islam. Berdakwah di dalamnya menjadi sebuah perjuangan yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Di sisi lain seringkali muncul sebuah pertanyaan: Mengapa perlu berdakwah kepada pelajar? Tentu. Pelajar mempunyai andil besar dalam menyumbangkan pemikiran dan pergerakan di lapangan. Mereka adalah generasi muda yang ikut andil dalam menyusun batu bata – batu bata demi sebuah bangunan yang kokoh, di mana tujuan akhirnya adalah perwujudan khairu ummah. Di usia mereka yang masih belia, berdakwah pada pelajar dapat menggiring mereka untuk lebih produktif dan kritis dalam mengembangkan ide-ide segarnya. Jumlahnya yang sangat massif akan semakin bermanfaat ketika arah kerja mereka didukung dengan manhaj dakwah sekolah yang ideal.
Dakwah Sekolah atau yang biasa dikenal dengan sebutan Tunas Bangsa merupakan aset berharga bagi kebangkitan Islam. Berdakwah di dalamnya menjadi sebuah perjuangan yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Di sisi lain seringkali muncul sebuah pertanyaan: Mengapa perlu berdakwah kepada pelajar? Tentu. Pelajar mempunyai andil besar dalam menyumbangkan pemikiran dan pergerakan di lapangan. Mereka adalah generasi muda yang ikut andil dalam menyusun batu bata – batu bata demi sebuah bangunan yang kokoh, di mana tujuan akhirnya adalah perwujudan khairu ummah. Di usia mereka yang masih belia, berdakwah pada pelajar dapat menggiring mereka untuk lebih produktif dan kritis dalam mengembangkan ide-ide segarnya. Jumlahnya yang sangat massif akan semakin bermanfaat ketika arah kerja mereka didukung dengan manhaj dakwah sekolah yang ideal.
Menjadi seorang ikhwah
yang telah ditempuh tarbiyah bertahun-tahun
sejatinya mampu membuka pandangan kita tentang syumuliyatul Islam, kesempurnaan
Islam dalam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia begitu jelas, sejak dari
masalah aqidah, kehidupan sehari-hari, hingga aspek ekonomi dan politik.
Pemahaman akan Syumuliyatul Islam ini akan lebih terhujam pada diri seseorang salah
satunya melalui pendinian tarbiyah. Inilah alasan mengapa pembinaan tarbiyah
menjadi esensial di ranah dakwah sekolah. Harapannya mereka yang telah
menempu pendinian tarbiyah sejak SMP, SMA atau bahkan SD kelak dapat
melanjutkan dakwah mereka di berbagai ranah yang ada, dan ketika menjadi
mahasiswa mereka akan lebih kuat dalam menghadapi berbagai ideologi yang
menyerang di ranah kampus.
Dalam membina para tunas
bangsa, ibaratkan mereka adalah benih-benih segar yang sangat berkualitas,
meski begitu kemampuan memahami dan berintima’ pada
suatu ideologi masing-masing mempunyai kadar yang tidak sama. Sehingga penting
adanya sebuah stakeholder dan pengarah yang
berperan aktif sebagai organisator serta membuat konsep-konsep dakwah di
sekolah bagi tunas bangsa yang mudah dipahami dan mendukung tujuan besar kita
yaitu Ustadziatul Alam.
Seperti halnya dakwah
kampus, dakwah sekolah pun terlahir dari rahim perjuangan, di mana jumlah para
murabbi dan binaan yang harus diampu sering tidak seimbang, problema yang
mereka hadapi pun tidak ringan, pelajar seringkali dekat dengan tawuran,
narkoba, korban perang pemikiran dan berbagai pihak dari luar yang menentang
adanya pembinaan kepada pelajar. Para binaan yang diampu pun tidak hanya mereka
yang masih berstatus siswa, namun juga para alumni yang masih membina tetap di
dakwah sekolah.
Ilustrasi – Mentoring keislaman di sebuah masjid
sekolah. (flickr.com/array064)
|
Menjadi sebuah keniscayaan
ketika jumlah para kader dakwah sekolah semakin menipis, banyak dari kader yang
terbina memilih untuk melanjutkan estafet dakwahnya di ranah kampus, yang
menjadi evaluasi ketika banyak aktivis dakwah kampus sudah enggan menggarap
sekolah, padahal jarak dan waktu masih memungkinkan. Pernah suatu ketika
mendengar cerita bahwa seorang aktivis enggan menggarap sekolah karena karier
mereka dapat lebih mumpuni kala di kampus, letaknya yang strategis dan dekat
dengan eksistensi diri, ujian adanya nama besar ditakutkan akan melemahkan
fitrah makna dakwah itu sendiri. Wallahu a’lam. Tentu
ini tidak bisa digeneralisasikan, karena bagaimanapun dakwah kampus dan dakwah
sekolah adalah satu ikatan tujuan.
Para aktivis di dakwah
sekolah memang masih jauh dari sempurna, tetapi kerelaan mereka untuk tetap
membina jundi-jundi muda dengan jumlah murabbi yang terbatas di tengah
aktivitas mereka yang jauh dari dunia sekolah menjadi renungan tersendiri bagi
kita bahwa dakwah sekolah perlu diperjuangkan. Ya, sampai sekarang aktivis di
dalamnya masih terus mengekspansi berbagai sekolah agar terus berkembang dan
terbina secara berkesinambungan. Harapannya semakin banyak generasi muda yang
terbina dan tumbuh kuat dari sisi tarbawi maupun haraki hingga para
simpatisan yang aktif dalam kegiatan jamahiri.
Pada akhirnya, setiap
kader yang terlahir dari rahim perjuangan dakwah sekolah sepatutnya bersyukur
karena diberi kesempatan oleh Allah untuk melanjutkan estafet dakwah ini,
menyusun batu bata yang baik hingga menjadi pondasi-pondasi yang kokoh. Insya Allah. Wahai saudaraku tetaplah
bersemangat meski kau lelah mencari pembina ke sana-sini, meski waktu, jarak
bahkan materi seringkali menjadi hambatanmu dalam berjuang. Pun bila kau
ditanya tentang semangat, jawablah bahwa bara itu masih tersemat dalam dadamu,
api itu masih bersemayam dalam dirimu, dan ingatilah bahwa janji-janji-Nya
adalah yang kita tuju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ayo berdiskusi