[From The Silent Majority]
Jika detik-detikmu terus berlalu,
dan engkau masih seperti itu,
Jika jam-jammu terus berlalu, dan
engkau masih seperti itu,
Jika hari-harimu berlalu, dan
engkau masih seperti itu,
Maka, tanya-tanyalah, pada lubuk
hati terdalammu,
Ini tentang hidupmu,
Ini tentang hidupmu,
Ini tentang hidupmu,
Jika
hanya dengan berdiam saja bisa menyelesaikan masalah dan memberikan solusi,
maka setiap orang akan memilih untuk diam. Memang benar jika dikata diam itu
sebaik-baik perbuatan, jika dengan diamnya ia bisa memberi maslahat dan
menghindarkan madharat. Memang benar jika dikata diam itu seburuk-buruk
perbuatan, jika dengan diamnya ia tak bisa menghadirkan maslahat bahkan
mendatangkan madharat.
Terjelaskan
bahwa setiap hal yang dilakukan pasti memberikan dampak, bahkan dari hanya
sekadar diam. Ketika diam kita menjadikan kita tidak produktif atau bahkan diam
kita menjadikan kita (seperti) mati. Dan ini berlaku pada setiap orang. Bahkan
orang baik sekalipun.
Tidak
cukup sekadar menjadi orang baik. Karena setelah menjadi orang baik, ada hal
yang harus dilakukan untuk membuktikan kebaikan orang tersebut. Karena kebaikan
itu pada dasarnya adalah sebuah nilai, dan nilai itu akan muncul dengan
sendirinya setelah perbuatan.
Maka
disinilah muncul titik permasalahan bagi para penyandang titel kebaikan.
Baiknya hanya untuk diri sendiri, atau baiknya untuk diri sendiri dan orang
lain. Menjadi orang yang sholih atau menjadi orang yang mushlih. Itu adalah hak dan kebebasan kita
untuk memilih, menjadi seperti apa, mengambil peran sebagai apa.
Jika
orang baik itu ibarat air, maka orang baik yang diam adalah air pada aliran
yang tersumbat lalu menghasilkan genangan. Ia yang dengan kebaikannya, tidak
bisa memberikan kemanfaatan bagi siapapun, bahkan bagi dirinya sendiri. Dan
orang baik yang berbuat adalah air yang terus mengalir. Ia yang dengan
kebaikannya bisa menghadirkan banyak kemanfaatan. Disinilah letak bedanya
muslim yang produktif dan muslim yang tidak produktif. Yaitu pada amalnya, pada
perbuatan yang dilakukannya. Ia selalu ingin memberikan yang terbaik pada
setiap amal yang dilakukannya, dan sebaliknya.
Menjadi
volunteer kebaikan, menjadi agen perbaikan adalah solusi, disaat semua
merindukan lahirnya para pembaharu, kita menyadari bahwa akhir-akhir ini telah
mengalami stagnasi yang panjang, bahkan akut. Kita melalui banyak hal tanpa
pemaknaan yang mendalam, dan dengan kehampaan yang dirasakan. Dan ini adalah
bahaya, kita memang melakukan banyak hal, tapi yang banyak itu tidak memberikan
dampak yang signifikan, bagi kita pun orang lain.
Maka
kehadiran mereka adalah harapan, maka kehadiran mereka adalah dirindukan. Mereka
tidak sekedar menjadi volunteer kebaikan tapi bahkan menjadi pioneer kebaikan.
Ia yang selalu memberi warna baru, ia yang selalu menjadi semangat baru.
Kini,
saatnya berbenah dan berpindah dari the
silent majority menuju muslim yang produktif, menghasilkan gagasan baru,
menghasilkan ide-ide baru. Karena umat telah lama menantimu. J
Maka, menjadi orang muslim yang bisa selalu menghadirkan manfaat
adalah cita-cita.
Maka, menjadi orang muslim yang bisa selalu ber-amar ma'ruf adalah
cita-cita.
Maka, menjadi orang muslim yang bisa selalu ber-nahi munkar adalah
cita-cita.
Jogjakarta, 14 Juli 2014
Ahmad Zaki Rmd.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ayo berdiskusi