Senin, 14 Juli 2014

Resume Dialog Intelektual #2

[From The Silent Majority]
Jika detik-detikmu terus berlalu, dan engkau masih seperti itu,
Jika jam-jammu terus berlalu, dan engkau masih seperti itu,
Jika hari-harimu berlalu, dan engkau masih seperti itu,
Maka, tanya-tanyalah, pada lubuk hati terdalammu,
Ini tentang hidupmu,
Ini tentang hidupmu,
Ini tentang hidupmu,

Jika hanya dengan berdiam saja bisa menyelesaikan masalah dan memberikan solusi, maka setiap orang akan memilih untuk diam. Memang benar jika dikata diam itu sebaik-baik perbuatan, jika dengan diamnya ia bisa memberi maslahat dan menghindarkan madharat. Memang benar jika dikata diam itu seburuk-buruk perbuatan, jika dengan diamnya ia tak bisa menghadirkan maslahat bahkan mendatangkan madharat.

Terjelaskan bahwa setiap hal yang dilakukan pasti memberikan dampak, bahkan dari hanya sekadar diam. Ketika diam kita menjadikan kita tidak produktif atau bahkan diam kita menjadikan kita (seperti) mati. Dan ini berlaku pada setiap orang. Bahkan orang baik sekalipun.

Tidak cukup sekadar menjadi orang baik. Karena setelah menjadi orang baik, ada hal yang harus dilakukan untuk membuktikan kebaikan orang tersebut. Karena kebaikan itu pada dasarnya adalah sebuah nilai, dan nilai itu akan muncul dengan sendirinya setelah perbuatan.

Maka disinilah muncul titik permasalahan bagi para penyandang titel kebaikan. Baiknya hanya untuk diri sendiri, atau baiknya untuk diri sendiri dan orang lain. Menjadi orang yang sholih atau menjadi orang yang mushlih. Itu adalah hak dan kebebasan kita untuk memilih, menjadi seperti apa, mengambil peran sebagai apa.   

Jika orang baik itu ibarat air, maka orang baik yang diam adalah air pada aliran yang tersumbat lalu menghasilkan genangan. Ia yang dengan kebaikannya, tidak bisa memberikan kemanfaatan bagi siapapun, bahkan bagi dirinya sendiri. Dan orang baik yang berbuat adalah air yang terus mengalir. Ia yang dengan kebaikannya bisa menghadirkan banyak kemanfaatan. Disinilah letak bedanya muslim yang produktif dan muslim yang tidak produktif. Yaitu pada amalnya, pada perbuatan yang dilakukannya. Ia selalu ingin memberikan yang terbaik pada setiap amal yang dilakukannya, dan sebaliknya.

Menjadi volunteer kebaikan, menjadi agen perbaikan adalah solusi, disaat semua merindukan lahirnya para pembaharu, kita menyadari bahwa akhir-akhir ini telah mengalami stagnasi yang panjang, bahkan akut. Kita melalui banyak hal tanpa pemaknaan yang mendalam, dan dengan kehampaan yang dirasakan. Dan ini adalah bahaya, kita memang melakukan banyak hal, tapi yang banyak itu tidak memberikan dampak yang signifikan, bagi kita pun orang lain.

Maka kehadiran mereka adalah harapan, maka kehadiran mereka adalah dirindukan. Mereka tidak sekedar menjadi volunteer kebaikan tapi bahkan menjadi pioneer kebaikan. Ia yang selalu memberi warna baru, ia yang selalu menjadi semangat baru.

Kini, saatnya berbenah dan berpindah dari the silent majority menuju muslim yang produktif, menghasilkan gagasan baru, menghasilkan ide-ide baru. Karena umat telah lama menantimu. J



Maka, menjadi orang muslim yang bisa selalu menghadirkan manfaat adalah cita-cita.
Maka, menjadi orang muslim yang bisa selalu ber-amar ma'ruf adalah cita-cita.
Maka, menjadi orang muslim yang bisa selalu ber-nahi munkar adalah cita-cita.


Jogjakarta, 14 Juli 2014



Ahmad Zaki Rmd.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo berdiskusi