Dalam sejarah ummat Islam, adalah sebuah realita yang tidak
dapat dipungkiri bahwa pemuda adalah kunci berdiri dan tegaknya peradaban. Jika
kita kembali membuka catatan sejarah kita, maka kita akan menemukan sederet
nama pemuda besar yang tetap terkenang atas sumbangsih mereka terhadap tegak
dan jaya nya peradaban Islam.
Kita patut bersyukur bahwa lembar catatan sejarah ummat Islam
tidaklah kosong. Kita masih dapat bertemu dengan Muhammad II Al-Fatih, bahkan
menyaksikan jatuhnya benteng Konstatinopel ke tangan Islam pada tahun 1453
melalui catatan sejarah. Kita juga patut bersyukur karena dengan catatan
sejarah ini, kita dapat bertemu ‘ulama besar
yang ada dibalik sang penakhluk Konstatinopel. Kita tidak boleh lupa dengan
Syaikh Aaq Syamsuddin dan Syaikh Muhammad bin Ismail Al-Kurani. Dua ‘ulama besar dibalik pemuda dan pemimpin yang tercantum dalam
hadist Nabi Muhammad ﷺ sebagai sebaik-baik pemimpin, dan pemimpin sebaik-baik
pasukan.
Mari mengenal sosok Muhammad II al-Fatih dengan segala
prestasi dan keteladanannya. Ia mampu menghafal Al-Qur’an, memanah di atas kuda, dan menguasi tujuh bahasa yang berbeda di usianya yang
belasan tahun. Tampuk kekuasaan diberikan oleh ayahnya, Murad II, di usianya
yang ke-14 dengan segala kematangannya, dan ia menjadi pewaris tahta kesultanan
pada usianya yang ke-22. Ia mewujudkan nubuwwat, menakhlukkan
Konstatinopel di usianya yang ke-24. Ia
memimpin, menjadi sultan hampir selama 30 tahun. Ekspansi pada masa kepemimpinannya
menyentuh Italia Selatan, dan sedikit lagi Roma ditakhlukkan. Muhammad II
al-Fatih adalah seorang yang dekat dengan ‘ulama dan ilmu
pengetahuan. Ia memiliki perpustakaan khusus, dengan 12.000 buku langka
didalamnya. Dan Muhammad II al-Fatih tidak pernah meninggalkan tahajjud dan amalan sunnah lainnya sejak
ia memasuki akil baligh.
Muhammad II al-Fatih. Kita berbicara tentang sebuah kapasitas
yang dibangun oleh seorang guru kepada seorang murid yang kelak akan mewujudkan
nubuwwat, menakhlukkan Konstatinopel. Satu hal yang harus kita sadari dan patut
banggakan sebagai seorang Muslim adalah bahwa sistem Islam memberikan petunjuk
dan rambu-rambu yang lengkap –yang tidak kita temukan pada sistem
peradaban lain-kepada para pemudanya, agar kelak ia dapat memberikan pengaruh
yang besar kepada dunia. Inilah yang disadari oleh guru Muhammad al-Fatih dan
Muhammad al-Fatih sendiri. Kelengkapan sistem Islam yang tercermin dalam
pendidikan yang diberikan oleh sang guru kepada sang penakhluk, dan respon yang
diberikan Muhammad II terhadap seluruh pengajaran dan apa yang diajarkan,
memberikan dampak yang luar biasa dalam pembentukan pandangan (worldview), cita-cita, dan
kerja-kerja Muhammad II al-Fatih.
Muhammad II al-Fatih. Sosok kepribadiannya tidak terlepas
dari keteladanan yang terbangun dalam dirinya terhadap Rasulullah ﷺ. Orientasinya terbangun melalui
keteladanannya yang mendalam terhadap Rasulullah ﷺ. Kunci nya adalah obsesi dan tekad
yang kuat yang tertanam dalam dirinya, beserta cita-cita untuk mewujudkan nubuwwat, menakhlukkan Konstatinopel.
Tanpa keteladanan yang mendalam, takkan ada obsesi, cita-cita dan tekad yang
kuat untuk mewujudkan nubuwwat.
Kita mengenal Muhammad II al-Fatih sebagai seorang yang
berhasil menghimpun kebaikan yang berserakan diantara para pendahulunya dan
lingkungannya, serta menjauhkan keburukan yang tertempel. Ia menjadi magnet
bagi setiap kebaikan yang ada disekitarnyadan di masa lalu. Ia berhasil
memahami sejarah dengan baik. Tercermin dari cara Ia hidup, hingga keputusan
strategis kemiliteran yang ia ambil dalam usahanya menakhlukkan Konstatinopel.
Inilah sepenggal cerita seorang pemuda yang memberikan
sumbangsih yang besar kepada peradaban Islam. Ia menjadi angin segar bagi
peradaban Islam yang dirundung duka pasca runtuhnya Baghdad di tangan suku
Tartar. Syiar Islam, budaya Islam, tradisi keilmuan, dan kebanggaan terhadap
Islam kembali bersemi setelah kemarau panjang yang hampir merenggut eksistensi
peradaban Islam.[M-N-H]
Referensi:
1. Muhammad Ali ash-Shalabi: Bangkit dan Runtuhnya Khilafah
Utsmaniyah
2. Abu Fatah Grania: Panglima Surga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ayo berdiskusi