Jumat, 08 Agustus 2014

Keterikatan Hati: Sebuah Simpul Ukhuwwah

Kembali merenungi diantara potongan yang hilang dari kesatuan besar tubuh ummat Islam: Keterikatan hati(ta'liful qulub). Menjadi suatu yang agung hingga mengantarkan ummat Islam pada masa keemasannya. Menjadi pembeda sebuah peradaban yang ditampilkan Islam diantara banyak peradaban yang lain.

"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya.."(QS:3:103)

Keterikatan hati. Membangun sebuah energi ukhuwah yang besar nan dahsyat. Menjadikan mulia hubungan antara satu manusia dengan manusia yang lain. Kita mengenal salamatush shadr (selamatnya hati dari prasangka) dalam sebuah abjad tingkatan terendah ukhuwah Islam, dan itsar(mendahulukan kepentingan orang lain atas kepentingan pribadi dalam perkara penting)pada tingkatan yang paling agung.

Inilah salah satu kunci terpenting kejayaan Islam. Keterikatan hati melahirkan ukhuwah, sehingga kaum Anshar pada masa hijrah Rasulullah SAW rela memberikan seluruh hartanya untuk kepentingan kaum Muhajirin. Sehingga kita melihat Sa'ad bin ar-Rabi' ra.(anshar) -yang dipersaudarakan oleh Rasulullah dengan Abdurrahman bin Auf (muhajirin)- rela memberikan setengah hartanya, dan menceraikan istrinya agar diambil oleh Abdurrahman bin Auf ra. Inilah benih keterikatan hati yang ditanamkan oleh Rasulullah. Melahirkan sebuah kekuatan internal baru dalam sebuah eksistensi masyarakat yang sebelumnya tidak diperhitungkan, menjadi sebuah entitas bangsa yang besar, yang menjadi jantung bagi peradaban Islam.

Kita mengingat betapa banyak peperangan yang dialami Rasulullah. Mari mengingat perang Uhud. Betapa mulianya kedua sahabat Rasulullah yang rela menjadi perisai hidup disaat hanya mereka yang berada di sisi Rasulullah, sementara Rasulullah terkepung dan terpisah dari barisan kaum Muslimin yang lain. Kita tidak boleh lupa dengan Thalhah bin Ubaidillah dan Sa'ad bin Abi Waqqash yang menjaga Rasulullah di saat-saat genting. Kita juga tidak boleh lupa dengan Abu Dujanah yang berdiri membentangkan tangannya, menghibahkan punggungnya sebagai perisai hidup Rasulullah.

Diatas hanyalah sepenggal kisah kekuatan ukhuwahyang tak terhapuskan oleh fitnah dan terjangan luka di sekujur tubuh, yang tak lain muncul karena keterikatan hati. Dan kita juga melihat bagaimana keterikatan hati menjelma menjadi sebuah kekuatan militer yang dahsyat. Perang Tabuk. Membuktikan keterikatan hati antara satu Muslim dengan Muslim yang lain dalam sebuah atap besar ummat Islam. Mereka rela berkorban dengan harta mereka, jiwa mereka, dan waktu mereka untuk berjuang mengentaskan sebuah proyek besar ummat Islam dalam membuktikan eksistensinya, menghadapi Romawi. Abu Bakar menyumbangkan seluruh hartanya. Umar menyumbangkan sebagian hartanya. Hingga ada diantara kaum Muslimin yang hanya dapat memberi dua butir kurma. Pada akhir ekspedisi, peperangan tidak terjadi, dan kemenangan ada ditangan ummat Islam.

Berkali-kali ummat ini diuji dengan persoalan ukhuwwah. Masalah kekinian kita yang menjadi ibu permasalahan: Palestina, Suriah, hingga masalah kekinian yang menjadi dampak: kemiskinan, kelaparan, dsb. Semua kembali pada lemahnya keterikatan hati antara kaum Muslimin, sehingga melahirkan buruknya Ukhuwwah.

Lemahnya keterikatan hati juga menjadi kunci rapuhnya sebuah barisan dakwah. Kadang keterikatan hati ini terkubur atau terselip diantara rapatnya aktivitas dan program-program, serta tuntutan dakwah yang menekan. Dan tidak jarang terjadi, usaha-usaha untuk membangun keterikatan hati bergeser menjadi sesuatu yang sekunder.

Maka, tiada kalimat yang pantas untuk menyelesaikan permasalahan ini selain firman Allah dalam surat Ali Imran diatas dan surat Al-Hujurat: "Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat."(QS:49:10).

Dan betul apa yang dikatakan Imam Malik: Tidak akan menjadi baik ummat ini kecuali dengan apa yang menjadikan baik ummat terdaulu” [M-N-H]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo berdiskusi