Kembali
merenungi diantara potongan yang hilang dari kesatuan besar tubuh ummat Islam: Keterikatan
hati(ta'liful qulub). Menjadi suatu yang agung hingga mengantarkan ummat Islam pada
masa keemasannya. Menjadi pembeda sebuah peradaban yang ditampilkan Islam
diantara banyak peradaban yang lain.
"Dan berpeganglah kamu
semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan
ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh
musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat
Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka,
lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya.."(QS:3:103)
Keterikatan
hati. Membangun sebuah energi ukhuwah yang besar nan dahsyat. Menjadikan mulia
hubungan antara satu manusia dengan manusia yang lain. Kita mengenal salamatush
shadr (selamatnya hati dari prasangka) dalam sebuah abjad tingkatan terendah ukhuwah
Islam, dan itsar(mendahulukan kepentingan orang lain atas kepentingan pribadi
dalam perkara penting)pada tingkatan yang paling agung.
Inilah salah
satu kunci terpenting kejayaan Islam. Keterikatan hati melahirkan ukhuwah,
sehingga kaum Anshar pada masa hijrah Rasulullah SAW rela memberikan seluruh hartanya
untuk kepentingan kaum Muhajirin. Sehingga kita melihat Sa'ad bin ar-Rabi'
ra.(anshar) -yang dipersaudarakan oleh Rasulullah dengan Abdurrahman bin Auf (muhajirin)-
rela memberikan setengah hartanya, dan menceraikan istrinya agar diambil oleh Abdurrahman
bin Auf ra. Inilah benih keterikatan hati yang ditanamkan oleh Rasulullah.
Melahirkan sebuah kekuatan internal baru dalam sebuah eksistensi masyarakat
yang sebelumnya tidak diperhitungkan, menjadi sebuah entitas bangsa yang besar,
yang menjadi jantung bagi peradaban Islam.
Kita mengingat
betapa banyak peperangan yang dialami Rasulullah. Mari mengingat perang Uhud.
Betapa mulianya kedua sahabat Rasulullah yang rela menjadi perisai hidup disaat
hanya mereka yang berada di sisi Rasulullah, sementara Rasulullah terkepung dan
terpisah dari barisan kaum Muslimin yang lain. Kita tidak boleh lupa dengan
Thalhah bin Ubaidillah dan Sa'ad bin Abi Waqqash yang menjaga Rasulullah di
saat-saat genting. Kita juga tidak boleh lupa dengan Abu Dujanah yang berdiri
membentangkan tangannya, menghibahkan punggungnya sebagai perisai hidup
Rasulullah.
Diatas hanyalah
sepenggal kisah kekuatan ukhuwahyang tak terhapuskan oleh fitnah dan terjangan
luka di sekujur tubuh, yang tak lain muncul karena keterikatan hati. Dan kita
juga melihat bagaimana keterikatan hati menjelma menjadi sebuah kekuatan
militer yang dahsyat. Perang Tabuk. Membuktikan keterikatan hati antara satu Muslim
dengan Muslim yang lain dalam sebuah atap besar ummat Islam. Mereka rela
berkorban dengan harta mereka, jiwa mereka, dan waktu mereka untuk berjuang
mengentaskan sebuah proyek besar ummat Islam dalam membuktikan eksistensinya,
menghadapi Romawi. Abu Bakar menyumbangkan seluruh hartanya. Umar menyumbangkan
sebagian hartanya. Hingga ada diantara kaum Muslimin yang hanya dapat memberi dua
butir kurma. Pada akhir ekspedisi, peperangan tidak terjadi, dan kemenangan ada
ditangan ummat Islam.
Berkali-kali
ummat ini diuji dengan persoalan ukhuwwah. Masalah kekinian kita yang menjadi
ibu permasalahan: Palestina, Suriah, hingga masalah kekinian yang menjadi
dampak: kemiskinan, kelaparan, dsb. Semua kembali pada lemahnya keterikatan
hati antara kaum Muslimin, sehingga melahirkan buruknya Ukhuwwah.
Lemahnya keterikatan hati juga menjadi kunci rapuhnya
sebuah barisan dakwah. Kadang keterikatan hati ini terkubur atau terselip
diantara rapatnya aktivitas dan program-program, serta tuntutan dakwah yang
menekan. Dan tidak jarang terjadi, usaha-usaha untuk membangun keterikatan hati
bergeser menjadi sesuatu yang sekunder.
Maka, tiada kalimat yang pantas untuk menyelesaikan
permasalahan ini selain firman Allah dalam surat Ali Imran diatas dan surat
Al-Hujurat: "Sesungguhnya orang-orang mukmin
adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah
kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat."(QS:49:10).
Dan betul apa yang dikatakan Imam Malik: “Tidak akan
menjadi baik ummat ini kecuali dengan apa yang menjadikan baik ummat terdaulu” [M-N-H]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ayo berdiskusi