Jumat, 26 Desember 2014

Jalan Dakwah


“.... Dan Allah yang mempersatukan hati para hamba beriman, Jikapun kau nafkahkan perbendaharaan bumi seluruhnya untuk mengikat hati mereka, takkan bisa kau himpunkan hati mereka. Tetapi Allah-lah yang telah menyatupadukan mereka..” QS Al Anfal : 63
Sepenggal ayat yang menjelaskan bahwa hati-hati ini Allah padukan dalam ukhuwah, yang timbul atas keta’atan padaNya, bahkan Allah SWT menggambarkan perumpamaan, andai kata kita memberikan seluruh harta kita untuk membayar rasa ukhuwah, harta itupun takkan sanggup untuk memunculkan rasa itu, karena hanya Allahlah yang dapat mempersatukan hati – hati ini di jalan dawah.
Kita tahu bahwa jalan dakwah ini tidak selalu manis, bahkan rasa manis dakwah itu tidak seketika akan kita rasakan, yaa.., tabiat jalan dakwah penuh dengan rintangan. Namun, bukan berati kita boleh menghindarinya, karena dakwah disamping menantang sekaligus merupakan tugas mulia. Pernahkah kau bertanya mengapa dirimu berada dalam jalan dakwah ini? Bisa jadi Allah memilihmu untuk berdiri di garda depan dalam dakwah ini, karena Allah mecintaimu, karena Allah menyayangimu, karena Allah menginginkanmu menjadi satu diantara orang – orang yang berjuang di jalan ini. Allohu Akbar!

 
    Kamu.., kita.. dilahirkan dari sebuah rahim dakwah, dipersiapkan untuk menjadi kader dakwah, menyambung estafeta dakwah Rasulullh SAW, Syukur.. Mari kita panjatkan bersama, maknailah tiap waktu yang sudah kita lalui dalam jalan ini, agar kelelahan yang terkadang datang, ibarat tamu yang  tengah berkunjung  tak akan bermakna lagi, hanya akan bersisa kesenangan akan datangnya kelelahan itu, bahwasanya kelelahan itu adalah sebuah tanda cintaNya, yang masih memberikan kesibukan dalam dakwah ini. Begitu pun, kesedihan yang terkadang muncul akan hanya menjadi pemanis jalan dakwah ini. Jikalau kita berkesempatan bermimpi besar, mimpi yang pasti diinginkan tiap hambaNya yang bertakwa, kelak di akhir perjalanan ini, pertemuan itu, kenikmatan yang sangat besar, pertemuan yang bahkan dibayangkan pun tak sanggup, pertanyaan – pertanyaan yang sama selalu muncul di benak pikiran ini, sudah pantaskah diri ini? untuk bertemu dengan sang Maha Pencipta yang menciptakan seluruh alam semesta beserta seluruh isinya, sang Maha Pengampun yang dengan kasih sayangNya memberikan berjuta – juta kesempatan bertaubat bagi hambaNya, pertemuan yang dinanti – nanti, begitu pula dengan pertemuan dengan kekasihNya, berharap menjadi salah satu ummatnya yang akan mendapatkan syafa’at di akhirat kelak, menunggu sang kekasih Ilahi memberikan air yang sejuk, penghapus dahaga dari telaga itu, telaga Al kautsar.
    Teringat perjalanan dakwah beliau, sang penutup Nabi, batu bata terakhir dalam kesempurnaan sebuah bangunan yang kokoh nan indah bernama Islam, Rasulullah SAW, perjuangannya, kasih sayangnya tak pelak membuat hati ini bertanya – tanya.., sudah sejauh manakah jasad ini kita pergunakan dalam dakwah, sudah sejauh manakah pikiran ini, hati ini, waktu ini kita pergunakan dalam dakwah..? Bahkan hingga menjelang wafatnya, beliau masih sempat memikirkan kita, ummati, ummati, ummati, beliau paham bahwa akan ada tantangan yang lebih besar bagi ummatnya kelak, bagi ummatnya yang tidak pernah secara langsung bertatap muka dengan beliau, secara langsung mendengar dakwah beliau, secara langsung bertegur sapa dengan beliau, secara langsung merasakan kasih sayang dan kelembutannya dalam menyampaikan syari’atNya,  tetapi ummat itu dengan istiqomah berusaha untuk mengikuti sunnah – sunnah beliau, menjalankan syari’atNya. Ummat itu akan mendapatkan cinta tersendiri  dari Rasullullah SAW dan Allah SWT, Ummat itu.. kamu, kita..

    Kamu, kita .. bersatu dalam ukhuwah, dalam sebuah jama’ah penyambung risalah, penyambung estafeta dakwah, karena cinta kepadaNya, karena kasih sayangNya, hingga kini, kita masih bertahan dalam sebuah jalan, yaitu jalan cinta para pejuang. Ibarat sebuah pohon yang menjulang tinggi, akarnya menghujam hingga dasar, dedaunan yang lebat nan hijau, buah – buah yang turut menghiasinya,, Kamu, kita merupakan penyalur nutrisi agar pohon itu tetap menjulang tinggi, sehingga pohon itu dapat berfungsi semestinya, memberikan kesejukan ketika ada seseorang yang tengah berdiri dibawahnya, memberikan hasil ketika ada yang memetiknya.
    Alhamdulillah,, karena Allahlah yang menyatukan kami, menyatukan hati – hati kami, dalam sebuah ikatan ukhuwah iman kepadaNya. Semoga kelak ukhuwah ini akan kita bawa hingga akhir perjalanan kelak, bersua dalam SyurgaNya bersama para pemegan jalan ini.

Salma Nadiyah, 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo berdiskusi